Selasa, 31 Mei 2016

LETAK GEOGRAFIS

Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon adalah termasuk daerah pesisir. Secara geografis Desa Mertasinga terletak di garis 12854577 bujur timur dan 6223002 bujur barat. Dari arah Timur Desa Mertasinga langsung berhadapan dengan laut Jawa. Sebelah berat berbatasan langsung dengan Desa Sinabaya, sebelah utara berbatasan dengan Desa Muara dan Desa Purwawinangun, dan sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bondet.

Akses menuju Desa Mertasinga cukup mudah, karena lokasinya dihadapan Jalan Utama yaitu jalan Cirebon-Jakarta via Indramayu. Banyak sekali transportasi umum yang melintasi kawasan Desa Mertasinga, seperti Bus, Angkutan Kota (angkot) dan Mini Bus. Masyarakat Cirebon dalam menyebutkan transportasi umum Mini Bus dengan istilah Kopayu dan Elp, Kopayu adalah kendaraan dengan trayek Cirebon-Indramayu, sementara kendaraan Elp sama seperti Kopayu tetapi ada sebagian trayeknya tidak sampai menuju indramayu. Kendaraan-kendaraan yang melintas dari arah stasiun Kota Cirebon, yaitu Terminal Harjamukti dalam setiap jamnya berkisar 60 angkutan umum.



DEMOGRAFI DESA

Dari data statistik desa, Desa Mertasinga adalah merupakan desa yang berpenduduk padat, total penduduknya mencapai 6.681 jiwa, Laki-laki sebanyak 3.234 orang dan perempuan 3.447 orang; dewasa 864 orang dan anak-anak 253 orang, menikah 5433 orang dan lajang 1148 orang. Berdasarkan catatan KPUD setempat, DPT di desa Desa mertasinga sebanyak 2646 orang.

Mayoritas penduduk Desa Mertasinga adalah tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan sebagian penduduknya ada yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, seperti pendidikan disekitar Kab. Cirebon atau pendidikan di kota-kota besar. Lembaga-lembaga pendidikan seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Jendral Sudirman (Unsud), Universitas Tujuh belas Agustus (Uswagati), Akademi Perawat (Akper), dan Lembaga pendidikan Pondok Pesantren, seperti Pesantren Lirboyo dan Pesantren Tambak Beras.

Angka kemiskinan di Desa Mertasinga masih cukup tinggi, sekitar 200 jiwa. Masyarakat yang berhak mendapatkan Raskin dari subsidi pemerintah 123 orang, pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) 70 orang, dan sebagai anak yang dijamin pendidikannya dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) 200 orang. Sebagai daerah pesisir, mayoritas penduduk Desa Mertasinga hidup sebagai nelayan, yaitu sebanyak 524 orang. Sedangkan sisanya bekerja sebagai guru 35 orang, PNS 42 orang, pegawai swasta 26 orang, dan yang merantau ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 20 orang. Seluruh penduduk Desa Mertasinga adalah beragama Islam.

DETIL INFO DESA

• Perbatasan :
Sebelah Timur     : Laut Jawa
Sebelah Barat      : Desa Sinabaya
Sebelah Utara      : Desa Muara dan Desa Purwawinangun
Sebelah Selatan   : Sungai Bondet 

• Route :
Dari Stasiun/Terminal Harjamukti naik transportasi Bus, Mini Bus (Kopayu dan Elp), atau Angkutan Kota (Angkot), dan langsung turun di Desa Mertasinga. 

• Demografi :
Jumlah penduduk   : 6.681 Jiwa
Laki-laki                 : 3.324 Jiwa
Perempuan              : 3.447 Jiwa 

• Agama warga :
Agama Islam          : 6,681 Jiwa

• Profesi warga :
PNS            : 42 Jiwa
Pegawai      : 26 Jiwa
Guru           : 35 Jiwa
Nelayan      : 524 Jiwa
TKI             : 20 Jiwa 







sumber : http://mertasinga.desa.id/hal-letak-geografis.html

PENDUDUK MERTASINGA






Presiden Joko Widodo meresmikan program Kampung Keluarga Berencana di Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, hari ini. Dia menyebutkan program Kampung Keluarga Berencana di Desa Mertasinga tidak keliru mengingat Jawa Barat memiliki penduduk terbanyak di Indonesia.

Jokowi mengatakan saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 252 juta orang. Permasalahan kependudukan ini menuntut terpenuhinya kebutuhan makanan, sandang, kesehatan, pendidikan, hingga lapangan kerja. "Laju penduduk Indonesia 1,3 persen, artinya setiap tahun ada tambahan 3 juta orang," katanya di Desa Mertasinga, Cirebon, Kamis, 14 Januari 2016.

Untuk itu, Jokowi berharap masyarakat mengatur perencanaan dalam berkeluarga. Naiknya laju penduduk membuat lapangan kerja harus tersedia setiap tahun. Hal ini menjadi kendala mengingat saat ini persaingan antarnegara sangat ketat untuk memperebutkan potensi ekonomi. Persaingan antarnegara mempunyai tambahan masalah jika persoalan kebutuhan dasar 3 juta orang belum terpenuhi setiap tahun.

Sejak 2010 hingga 2015, tingkat kelahiran per ibu sebanyak 2,4 anak. Artinya, setiap perempuan memiliki 2-3 anak. Karena itu, Jokowi memprediksi, dalam 15 tahun ke depan, Indonesia mempunyai penduduk dengan umur produktif sangat besar. Besarnya jumlah penduduk ini mempunyai arti bahwa pemerintah harus menyiapkan lapangan kerja.

Tiap Tahun Penduduk Indonesia Bertambah 3 Juta Orang 
Berdasarkan data, penduduk Provinsi Jawa Barat per 31 Desember 2014 mencapai 46,03 juta jiwa. Karena itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan pertumbuhan penduduk Jawa Barat menurun dari 2008, yang berada di posisi 2 persen, dan saat ini menjadi 1,6 persen.

Menurut dia, 20 persen program keluarga berencana nasional berhasil jika program kependudukan di Jawa Barat sukses. Untuk itu, dia ingin semua program unggulan kependudukan dan alokasi anggaran 20 persen berada di Jawa Barat.

Aher—sapaan akrab Ahmad Heryawan—mengatakan kawasan timur Jawa Barat tidak setinggi kawasan barat. Seperti laju pertumbuhan penduduk kawasan Cirebon, Kuningan, dan Majalengka, yang berada di bawah 1 persen. Berbeda dengan penduduk Kota Bekasi dan Depok, yang menempati peringkat tertinggi di dunia, yakni mencapai 3,5-4,1 persen.


sumber : https://m.tempo.co/read/news/2016/01/14/173736151/tiap-tahun-penduduk-indonesia-bertambah-3-juta-orang

PRAKTIK LAPANGAN 1 IPDN 2016





PEMASANGAN SPANDUK

 PENDATAAN PENDUDUK

Minggu, 29 Mei 2016

SEJARAH DESA MERTASINGA


     Sejarah Kerajaan Mertasinga, merupakan bagian dari rangkaian asal-usul Kesultanan Cirebon. Sisa peninggalan kerajaan, berupa Lawang Gede Si Blawong, yang sampai sekarang masih bisa di lihat di Desa Mertasinga, Kec. Gunungjati, Kab. Cirebon.
Lawang Gede merupakan bukti peninggalan sejarah berdirinya kerajaan Mertasinga di masa lalu. Konon, beberapa abdi dalem keraton Cirebon pada awal abad ke– 17, merasa tidak nyaman tinggal di dalam Istana, karena dominasi pemerintah Kolonial Belanda. Oleh karena itu, beberapa pangeran yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda, termasuk di antaranya Pangeran Suryanegara lebih memilih meninggalkan keraton.
     Pangeran Suryanegara kemudian pergi ke arah utara dan tinggal secara berpindah-pindah. Di setiap daerah yang di singgahinya, Pangeran Suryanegara mengajarkan Agama Islam dan mengembangkan bidang pertanian. Menurutnya, kalau rakyat makmur Negara aman.
     Hidup Pangeran Suryanegara selalu di kejar-kejar pasukan Belanda dan Pasukan Keraton Cirebon yang sudah di pengaruhi Belanda. Di Desa Krangkeng yang letaknya sekarang di wilayah perbatasan Indramayu-Cirebon, Pangeran Suryanegara mendapat dukungan Nyi Lodaya yang di anggap masyarakat sebagai penguasa laut utara dan merajai bangsa Siluman.
     Tempat yang pernah di singgahi Pangeran Suryanegara antara lain Desa Bulak Kec. Jatibarang kab. Indramayu, Desa/kec. Jati Tujuh Kab. Majalengka, Desa Lemah Tamba Kec. Panguragan Kab. Cirebon, Pagertoya dan berakhir di Mertasinga.
Sewaktu singgah di desa Bulak, dia mendapati usaha pertaniaan di desa setempat kurang berhasil karena kekurangan air. Maka bersama warga setempat kemudian di buatlah sebuah penampungan air(DAM). Demikian juga ketika dia singgah di sebuah desa yang sekarang bernama Pagertoya.
     Pangeran Suryanegara merupakan penggerak pemberontakan rakyat terhadap kolonialisme Belanda yang memicu terjadinya perang Kedongdong(1753-1773). Perang Kedongdong sendiri, menurut Kartini, terjadi akibat pertentangan yang terjadi antar abdi dalam istana yang di adu-domba kolonialis. ”Kedongdong sendiri merupakan pengibaratan buah kedongdong yang bagus di luar tapi ruwed di dalamnya,” kata Kartini.
     Namun kebetulan salah satu basis pasukan Pangeran Suryanegara ada yang berada di desa Kedongdong Kec. Susukan dan kebetulan di sana pernah terjadi ledakan pemberontakan sehingga sebagian orang mengaitkan perang Kedongdong dengan desa Kedongdong Kec. Susukan. Pemberontakan kedua terjadi antara tahun 1818 hingga 1845, di pimpin Ki Bagus Serit.
     Mertasinga juga merupakan bekas pusat kerajaan Singapura yang pernah ada di Cirebon. Singapura bermakna kota berbagai bangsa. Hal tersebut dapat di lihat dari posisinya sebagai daerah yang wilayahnya berada di tepi pantai dan memiliki pelabuhan yang sangat ramai serta di singgahi kapal-kapal yang berlabuh di Muara Jati. Singapura terletak kira-kira 2 kilometer sebelah utara negeri Surantaka, Sebelah barat dengan negeri Wangiri, sebelah utara dengan negeri Japura dan sebelah timur dengan laut Jawa. Sedangkan pusat pemerintahannya berada di desa Mertasinga.
     Saat ini Lawang Gede, ramai di kunjungi para peziarah yang datang dari berbagai tempat di wilayah Cirebon. Bahkan tempat ini di jadikan sebagai tempat nyepi bagi mereka yang sedang mendapatkan kesusahan maupun mereka yang ingin meraih keinginan tertentu. Tempat ini di anggap keramat oleh sebagian masyarakat. Setiap tahun, tepatnya tanggal 1 Syuro, tempat ini ramai di kunjungi orang. Bahkan warga setempat menggelar peringatan 1 Syuro sebagai hari ulang tahun Cirebon secara meriah. Dalam kesempatan itu pula di bacakan sejarah Mertasinga.